Rabu, 27 Januari 2016

Karakter Perkembangan Anak Usia Dini





Pengertian Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU
Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut
sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi
yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada beberapa karakter perkembangan anak usia dini yaitu:
1.      Perkembangan Jasmani (Fisik dan motorik).
2.      Perkembangan kognitif.
3.      Perkembangan berbicara.
4.      Perkembangan emosi.
5.      Perkembangan social.
6.      Perkembangan moral.

1.      Perkembangan Jasmani (Fisik dan Motorik)

Perkembangan fisik dan motorik mengikuti pola perkembangan yang sama, yaitu hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal. Oleh karena itu perkembangan fisik dan motorik anak dapat diramalkan, apakah normal ataukah mengalami hambatan.
Meskipun mengikuti pola yang sama, akan tetapi ada perbedaan laju perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada dua individu yang sama persis, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan motoriknya.
Masa kanak- kanak merupakan masa kritis bagi perkembangan motorik. Oleh karena itu masa kanak- kanak merupakan waktu yang sangat tepat untuk mengajarkan anak tentang berbagai keterampilan motorik.
Terdapat berbagai cara anak belajar keterampilan motorik, yaitu trial and error, meniru dan pelatihan yang memberikan hasil yang berbeda. Maka dari itu diperlukan perhatian yang besar terhadap metode/ cara yang digunakan anak untuk belajar keterampilan motorik.

2.      Perkembangan Kognitif.

Kemampuan kognitif yang  memungkinkan pembentukan pengertian, berkembang dengan empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0- 24 bulan), tahap pra- operasional (24 bulan – 7 tahun), tahap operasional konkret ( 7- 11 tahun), dan tahap operasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap- tahap ini merupakan pola perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan dilalui oleh semua orang. Oleh karena itu perkembangan kognitif seseorang dapat diramalkan.
Tahap pra- operasional merupakan tahap perkembangan kognitif anak usia prasekolah, yang cirinya adalah, adanya penguasaan bahasa, kemampuan menggunakan symbol, meniru, sekalipun cara berpikirnya sangat egosentris, memusat, dan tidak bisa dibalik.
Percepatan perkembangan kognitif ini terjadi pada lima tahun pertama dalam kehidupan anak. Kemudian melambat, dan akhirnya konstan di saat akhir masa remaja. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang besar terhadap factor- factor yang diduga mempengaruhi perkembangan kognitif.

3.      Perkembangan Berbicara.

Bicara merupakan keterampilan mental motorik. Bicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda., tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Jadi sebelum anak cukup dapat mengendalikan mekanisme otot saraf untuk emnimbulkan bunyi yang jelas, berbeda dan terkendali. Ungkapan suara hanya merupakan bunyi artikulasi. Lebih lanjut, sebelum mereka mampu mengaitkan arti dengan bunyi yang terkendali itu, pembicaraan mereka hanya “ membeo saja”.
Bicara merupakan alat berkomunikasi. Sekalipun pada awal masa kanak- kanak tidak semua bicara digunakan untuk berkomunikasi. Bicara merupaka alat komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Bicara memainkan peran penting dalam kehidupan anak. Bicara dapat memberikan pengaruh yang besar bagi penyesuaian social dan pribadi anak. Oleh karena itu, diperlukan perhatian terhadap cara anak dalam belajar berbicara. Bicara merupakan keterampilan yang harus dipelajari. Secara umum ada tiga metode belajar bicara tersebut yaitu, trial and error, meniru model dan pelatihan.

4.      Perkembangan Emosi.

Setiap orang mengikuti pola perkembangan emosi yang sama, sekalipun dalam variasi yang berbeda. Variasi tersebut meliputi segi frekuensi, intensitas,  dan jangka waktu dari berbagai macam emusi, serta usia pemunculannya yang disebabkan oleh beberapa kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi. Oleh karena itu, emosi anak kecil tamp[ak berbeda  dari emosi anak yang lebih tua atau orang dewasa.
Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi sering kali ,tampak, emosinya bersifat sementara (labil), dan emosi dapat diketahui melalui perilaku anak..

5.      Perkembangan social.

Perkembangan social mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku social. Pola ini sama pada semua anak di dalam suatu kelomp[ok budaya. Maka ada pola sikap anak tentang minat terhadap aktivitas social dan pilihan teman. Oleh karena itu, sangat mungkin untuk meramalkan perilaku social yang normal pada usia tertentu.
Pada tingkatan usia, kelompok social memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan social. Pengaruh tersebut paling kuat pada masa kanak- kanak dan masa remaja awal. Oleh karena itu memungkinkan peramalan tentang anggota mana dalam suatu kelompok social yang sangat berpengaruh terhadap anak- anak pada usia tertentu.
Masa prasekolah disebut juga usia pra gang, karena pada saat ini anak bel;ajar menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dan mengembangkan pola perilaku yang sesuai dengan harapan social. Oleh karena itu, salah satu keuntungan pendidikan praserkolah adalah dapat memberikan pengalaman social di bawah bimbingan guru yang terlatih, yang membantu mengembangkan hubungan social yang menyenangkan.

6.      Perkembangan Moral.

Setiap orang akan melaui pola perkembangan moral yang sama, yang terbagi dalam tiga tingkatan, dan masing- masing dibagi menjadi dua, sehingga keseluruhannya ada enam stadium. Oleh karena itu perkembangan moral seseorang dapat diramalkan. Masa prasekolah, anak berada pada tingkatan pertama yang disebut dengan “ “ moralitas prakonvensional”. Pada masa ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Moralitas suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan- aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat.Selanjutnua anak masih mendasarkan di luar individu, namun anak sudah memperhatikan alas an perbuatannya. Oleh karena itu, kondisi moral anak yang seperti ini memungkinkan para pendidik dapat menerapkan perilaku disiplin pada anak usia prasekolah, sebagai upaya membimbing anak untuk mengetahui perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, serta mendorong anak untuk berperilaku sesuai dengan standar- standar ini.


2 komentar:

  1. assalamualaikum wr wb...terima kasih ibu atas postingan ini, sebagai pendidik harus mengetahui bagaimana karakter seorang anak agar ketika suatu saat terjun langsung ke lapangan tidak kaget dalam menghadapi berbagai macam karakter peserta didik...
    wassalamualaikum wr wb...
    (Mita Chandra PAI 6A,UHAMKA)

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum..guru harus mampu memahami semua karakter siswa yang berbeda-beda untuk itu guru harus mampu menguasai perkembangan karakter anak/siswa. dengan itu guru mampu menyampaikan materi dengan mudah dan menggunakan metode yg berbeda-beda pula. trimakasih ibu atas tulisan artikel di atas sangat bermanfaat bagi kita baik calon guru / yang sudah menjadi guru.

    Uswatun Khasanah (2013510111)
    UMJ Bekasi
    PAI 6

    BalasHapus