Rabu, 27 Januari 2016

Karakter Perkembangan Anak Usia Dini





Pengertian Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU
Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut
sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi
yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada beberapa karakter perkembangan anak usia dini yaitu:
1.      Perkembangan Jasmani (Fisik dan motorik).
2.      Perkembangan kognitif.
3.      Perkembangan berbicara.
4.      Perkembangan emosi.
5.      Perkembangan social.
6.      Perkembangan moral.

1.      Perkembangan Jasmani (Fisik dan Motorik)

Perkembangan fisik dan motorik mengikuti pola perkembangan yang sama, yaitu hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal. Oleh karena itu perkembangan fisik dan motorik anak dapat diramalkan, apakah normal ataukah mengalami hambatan.
Meskipun mengikuti pola yang sama, akan tetapi ada perbedaan laju perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada dua individu yang sama persis, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan motoriknya.
Masa kanak- kanak merupakan masa kritis bagi perkembangan motorik. Oleh karena itu masa kanak- kanak merupakan waktu yang sangat tepat untuk mengajarkan anak tentang berbagai keterampilan motorik.
Terdapat berbagai cara anak belajar keterampilan motorik, yaitu trial and error, meniru dan pelatihan yang memberikan hasil yang berbeda. Maka dari itu diperlukan perhatian yang besar terhadap metode/ cara yang digunakan anak untuk belajar keterampilan motorik.

2.      Perkembangan Kognitif.

Kemampuan kognitif yang  memungkinkan pembentukan pengertian, berkembang dengan empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0- 24 bulan), tahap pra- operasional (24 bulan – 7 tahun), tahap operasional konkret ( 7- 11 tahun), dan tahap operasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap- tahap ini merupakan pola perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan dilalui oleh semua orang. Oleh karena itu perkembangan kognitif seseorang dapat diramalkan.
Tahap pra- operasional merupakan tahap perkembangan kognitif anak usia prasekolah, yang cirinya adalah, adanya penguasaan bahasa, kemampuan menggunakan symbol, meniru, sekalipun cara berpikirnya sangat egosentris, memusat, dan tidak bisa dibalik.
Percepatan perkembangan kognitif ini terjadi pada lima tahun pertama dalam kehidupan anak. Kemudian melambat, dan akhirnya konstan di saat akhir masa remaja. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang besar terhadap factor- factor yang diduga mempengaruhi perkembangan kognitif.

3.      Perkembangan Berbicara.

Bicara merupakan keterampilan mental motorik. Bicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda., tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Jadi sebelum anak cukup dapat mengendalikan mekanisme otot saraf untuk emnimbulkan bunyi yang jelas, berbeda dan terkendali. Ungkapan suara hanya merupakan bunyi artikulasi. Lebih lanjut, sebelum mereka mampu mengaitkan arti dengan bunyi yang terkendali itu, pembicaraan mereka hanya “ membeo saja”.
Bicara merupakan alat berkomunikasi. Sekalipun pada awal masa kanak- kanak tidak semua bicara digunakan untuk berkomunikasi. Bicara merupaka alat komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Bicara memainkan peran penting dalam kehidupan anak. Bicara dapat memberikan pengaruh yang besar bagi penyesuaian social dan pribadi anak. Oleh karena itu, diperlukan perhatian terhadap cara anak dalam belajar berbicara. Bicara merupakan keterampilan yang harus dipelajari. Secara umum ada tiga metode belajar bicara tersebut yaitu, trial and error, meniru model dan pelatihan.

4.      Perkembangan Emosi.

Setiap orang mengikuti pola perkembangan emosi yang sama, sekalipun dalam variasi yang berbeda. Variasi tersebut meliputi segi frekuensi, intensitas,  dan jangka waktu dari berbagai macam emusi, serta usia pemunculannya yang disebabkan oleh beberapa kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi. Oleh karena itu, emosi anak kecil tamp[ak berbeda  dari emosi anak yang lebih tua atau orang dewasa.
Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi sering kali ,tampak, emosinya bersifat sementara (labil), dan emosi dapat diketahui melalui perilaku anak..

5.      Perkembangan social.

Perkembangan social mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku social. Pola ini sama pada semua anak di dalam suatu kelomp[ok budaya. Maka ada pola sikap anak tentang minat terhadap aktivitas social dan pilihan teman. Oleh karena itu, sangat mungkin untuk meramalkan perilaku social yang normal pada usia tertentu.
Pada tingkatan usia, kelompok social memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan social. Pengaruh tersebut paling kuat pada masa kanak- kanak dan masa remaja awal. Oleh karena itu memungkinkan peramalan tentang anggota mana dalam suatu kelompok social yang sangat berpengaruh terhadap anak- anak pada usia tertentu.
Masa prasekolah disebut juga usia pra gang, karena pada saat ini anak bel;ajar menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dan mengembangkan pola perilaku yang sesuai dengan harapan social. Oleh karena itu, salah satu keuntungan pendidikan praserkolah adalah dapat memberikan pengalaman social di bawah bimbingan guru yang terlatih, yang membantu mengembangkan hubungan social yang menyenangkan.

6.      Perkembangan Moral.

Setiap orang akan melaui pola perkembangan moral yang sama, yang terbagi dalam tiga tingkatan, dan masing- masing dibagi menjadi dua, sehingga keseluruhannya ada enam stadium. Oleh karena itu perkembangan moral seseorang dapat diramalkan. Masa prasekolah, anak berada pada tingkatan pertama yang disebut dengan “ “ moralitas prakonvensional”. Pada masa ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Moralitas suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan- aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat.Selanjutnua anak masih mendasarkan di luar individu, namun anak sudah memperhatikan alas an perbuatannya. Oleh karena itu, kondisi moral anak yang seperti ini memungkinkan para pendidik dapat menerapkan perilaku disiplin pada anak usia prasekolah, sebagai upaya membimbing anak untuk mengetahui perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, serta mendorong anak untuk berperilaku sesuai dengan standar- standar ini.


Senin, 18 Januari 2016

Kenali Dengan Baik Anak dan Peserta Didik Anda


Setiap anak itu dilahirkan berbeda – beda, punya keunikan masing- masing. Tidak ada ada anak yang sama satu dengan yang lainnya, walaupun anak kembar siam sekalipun. Pembaca masih ingat dengan dua orang anak perempuan cantik kembar siam dari Pakistan, dimana kepala mereka bersatu. Akhirnya keduanya lulus dengan menyandang gelar sarjana hukum (SH). Kenapa kedua mereka bisa menamatkan kuliahnya pada fakultas hukum? Apakah kedua mereka punya cita- cita yang sama ingin menjadfi hakim? Jawabannya “tidak”. Cita- cita mereka tidak sama, yang satu bercita- cita ingin menjadi hakim, dan yang satu lagi ingin menjadi dokter, tetapi karena situasi dan kondisilah yang akhirnya mereka berdua harus menjadi hakim. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda- beda; memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing. Ada anak yang berbakat di bidang menyanyi, ada yang berbakat di bidang matematika, menari, bahasa, dan ada pula yang berbakat di bidang olah raga. Dan kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas, ada yang biasa- biasa saja, dan ada pula yang kurang cerdas. Perilku anak juga beragam. Oleh karena itu, para pendidik terutama pendidik pada anak usia dini perlu mengenal pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. Dengan memahami kebutuhan khusus setiap anak, diharapkan para pendidik mampu mengembangkan potensi anak yang beraneka ragam tersebut dengan baik.
Ki Hadjar Dewantara (1957)  merangkum semua potensi anak menjadi cipta, rasa dan karsa. Teori multiple intelligencies (kecerdasan ganda dari Gardner (1998) menyatakan ada delapan tipe kecerdasan. Biasanya anak memiliki satu atau lebih kecerdasan, tetapi sangat jarang anak yang memiliki semua kecerdasan tersebut secara sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata.
Penulis akan menguraikan kedelapan jenis kecerdasan anak tersebut di atas dan penulis berharap semoga para orang tua dan guru yang membaca tulisan ini tidak memaksakan kehendak kepada anak atau peserta didik, tetapi mengarahkan anak atau peserta didik sesuai dengan kecerdasan yang dimilkinya. Pada prinsipnya tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Howard juga menyatakan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang sifatnya tetap. Kecerdasan adalah kumpulan kemampuan atau keterampilan yang  dapat ditumbuhkembangkan. 8 kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Kecerdasan Linguistik:

Yaitu kemampuan berbahasa, biasanya anak- anak dengan kecerdasan linguistik ini lebih suka belajar dengan mendengar. Mereka lebih sering menonjol dalam pelajaran bahasa, membuat puisi, cepat menyerap kosa kata baru atau asing,, jadi anak- anak yang mempunyai kecerdsan linguistik ini lebih mampu berbahasa asing dengan baik.

2.      Kecerdasan logika Matematika:

Yaitu kemampuan yang lebih piawai bermain dengan angka- angka, pemecahan masalah secara logis dan matematis. Kecerdasan ini lebih sering digunakan oleh orang tua sebagai tolak ukur kepintaran seorang anak.

3.      Kecerdasan Intrapersonal:

Merupakan kemampuan mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, biasanya anak yang mempunyai kecerdasan ini sering menyalurkan pikiran dan menumpahkan perasaannya dengan menulis diary (buku harian), mempunyai motivasi intrinsik, menyukai pemikiran tentang filosofi hidup dan dapat mengembangkan konsep diri dengan baik.

4.      Kecerdasan Interpersonal:

Yaitu merupakan kecerdasan dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya anak dengan kecerdasan interpersonal ini lebih gampang dan supel dalam bergaul, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, suka berempati dan mampu memandang dari sudut pandang orang lain.

5.      Kecerdasan Musikal:

Anak yang mempunyai kecerdasan musical ini selalu tertarik mendengarkan music, dan memainkan alat musik, peka terhadap suara- suara dan mampu mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu. Anak yang mempunyain kecerdasan ini, kalau dia menyanyikan lagu- lagu yang sedih, dia pasti mengucurkan air mata, sehingga memancing orang lain juga untuk menangis.

6.      Kecerdasan Visual dan Spasial:

Anak- anak yang mempunyai kecerdassan ini, biasanya menykai seni, lukisan dan patung. Mempunyai kemampuan membaca arah dengan baik, menikmati permainan puzzle. Biasanya suka menumpahkah pikiran dan perasaannya dengan menggambar. Jadi anak yang mempunyai kecerdasan visual dan spasial ini senang membongkar pasang mainannya, tidak mudah kesasar di jalan walaupun dia belum pernah menempuh jalanan itu

7.      Kecerdasan Kinestetik Jasmani:


Yaitu suatu kemampuan menggunakan tubuh dengan terampil, punya kontrol. Ketangkasan dan keseimbangan gerak. Menyukai pengalaman belajar yang nyata.  Anak  yang mempunyai nkecerdasan kinestetik jasmani ini akan sangat senang kalau gurunya sering memberikan pembelajaran dengan praktek, banyak mengadakan percobaan- percobaan (eksperimen),Ingatannya lebih kuat terhadap yang pernah dia lihat yang pernah dialaminya.

8.      Kecerdasan Naturalis:

Anak dengan kecerdasan ini sangat menyukai ilmu- ilmu alam, senang memelihara tanaman hias, tertarik pada masalah- maalah social, biasanya mampu membaca cuaca dan peduli terhadap lingkungan.
Jadi sangatlah zalim kalau orang tua atau guru hanya menganggap bahwa anak yang  pintar dan cerdas itu adalah anak yang berprestasi di bidang  matematika saja, sedangkan anak yang pintar menari, pintar bergaul, pintar mengarang, pintar membuat puisi, pintar dalam olah raga,pintar menghargai pendapat oarang senang memelihara tanaman, menyayangi binatang dan senang memelihara lingkungan dan sebagainya tidak termasuk ke dalam kategori anak pintar karena  dia lemah di bidang matematika. Yakinlah bahwa yang akan berhasil di dalam kehidupannya kelak, bukan saja anak- anak yang pintar dan cerdas di bidang matematika saja, tapi kalau dari sekarang semua orang tua bisa mengenali jenis kecerdasan mana yang lebih menonjol pada anak- anaknya, dan dia berusaha untuk mengasah lebih dalam dibidang yang disenangi anak tersebut, serta tidak lupa membantu anak untuk meningkatkan kecerdasannya yang lain. Orang tua jangan sekali- kali memaksakan kehendak agar anak anak menonjol pada kemampuan yang bukan menjadi bakatnya. Hal tersebut dapat membuat sianak menjadi trauma, dan akan berakibat fatal bagi perkembangan psikologisnya di masa yang akan datang. Allahua’lam bishshawab.



Semoga bermanfaat

Rabu, 13 Januari 2016

MENDONGKRAK KUALITAS PEMBELAJARAN

Guru kreatif professional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Mendidik itu adalah seni, seni itu berkembang bukan staknan. Oleh sebab itu banyak jurus dan strategi yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan atau mendongkrak kualitar ;pembelajaran antara lain adalah:

1.      Mengembangkan Kecerdasan Emosional (emotional quotient)

Kecerdasan emosi dapat meningkat kualitas pembelajaran, karena ternyata melalui pengembangan intelegensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh, seperti yang diharapkan oleh pendidikan nasional. Berbagai hasil kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa dalam pengembangan komponen emosional lebih penting daripada intelektual. Melalui kecerdasan emosi diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa, dan  tidak mudah marah. Kecerdasan emosional dapat menjadikan peserta didik jujur, disiplin, dan tulus terhadap pada diri sendiri, membangun kekuatan dan kesadaran diri, mendengarkan suara hati,hormat dan tanggung jawab, memantapkan diri, ulet, dan membangun inspirasi secara berkesinambungan, membangun watak dan kewibwaan, meningkat potensi yang dimiliki, dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam tujuan hidupnya, memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang  cemerlang.

Jadi indikator keberhasilan seorang psereta didik itu bukan saja karena dia pintar dalam akademik saja, bukan Karena nilai matematikanya mencapai angka 10, IPA 10, IPS 10 dan   lain sebagainya., tetapi hal tersebut harus diiringi dengan kejujuran, empati tidak iri dan dengki, gembira,tulus terhadap diri sendiri, tidak marah marah dan sebagainya. Betapa banyak di Indonesia ini orang- orang pintar, berpangkat tinggi, berkedudukan sebagai seorang pejabat, tapi masih  terseret kasus hukum karena dia tidak punya hati nurani, sehingga dia melakukan korupsi, mengambil yang bukan menjadi haknya, padahal masih banyak rakyat yang hidup dibawah taraf kemiskinan, tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, kadang- kadang makan, kadang- kadang tidak. Yang Menjadi pertanyaan kita, kenapa dia itu korupsi? Salah satu jawabannya adalah karena dia hanya punya kecerdassan intelektual, tapi tidak punya kecerdasan  emosional

 Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.      Menyediakan lingkungan yang kondusif
b.      Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis
c.       Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh peserta didik.
d.      Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.
e.      Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosila maupun emosional.
f.        Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif dan menghindari respon yang negative.
g.      Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.

2.      Mengembangkan Kreativitas ( Creativiy Quotion) Dalam Pembelajaran.

Gordon dalam Joice and Weill (1996) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik yang menetang pandangan lama tentang kreativitas:
a.      Kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari- hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan dengan seni dan penemuan- penemuan baru. Gordon mengatakan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari- hari dan berlangsung sepanjang hayat.
b.      Proses kretivitas bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat dideskripsikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional kreativitas dipandang sebagai sesuatu yang misterius, bawaan sejak lahir, yang bisa hilang setiap saat. Gordon memandang bahwa kreativitas didorong oleh kesadaran yang member petunjuk untuk mendekripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain.
c.       Penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, keilmuan, maupun dalam rekayasa
d.      Berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok, adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide- ide dan produk dalam berbagai hal. Hal ini menentang pandangan yang mengemukakan bahwa kretivitas adalah pengalaman pribadi.
Proses pembelajaran pada hakekatnya  untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Semua itu dapat dilihat dalam proses pembelajaran di kelas yang pada umumnya lebih menekankan pada aspek kognitif, sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, dan ingatan saja. Dalam situasi yang demikian itu, biasanya peserta didik  dituntut untuk menerima apa- apa yang dianggap penting oleh guru dan menghafalkannya.
Hal itulah yang membuat peserta didik kurang kreatif, tidak berani mengeluarkan pendapatnya, peraasan takut salah, tidak percaya diri dan sebagainya. Kalau hal ini yang terjadi, boleh dikatakan bahwa guru yang membuat bonsai aktivitas dan  kreativitas peserta didiknya.

3.      Mendisiplinkan Peserta Didik dengan Ksih Sayang.

Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap dan potensi, yang kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran dan berprilaku di sekolah. Kita menemukan masih banyak peserta didik yang tidak disiplin atau selalu melanggar aturan sekolah yang biasanya sudah disosialisasikan kepada seluruh peserta didik. Hal itu pasti akan menghambat jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut menuntut guru untuk senantiasa mendisiplikan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas pembelajaran. Tetapi dalam mendisiplikan peserta didik harus dilakukan guru dengan kasih sayang, dan harus bertujuan membantu peserta didik dalam menemukan diri.

4.      Membangkitkan Gairah Belajar

Kebanyakan peserta didik kurang bergairah untuk belajar, terutama pada mata pelajaran yang menurut mereka sulit, dan gurunya dianggap menyulitkan. Maka dari itu, guru dituntut untuk membangkitkan gairah belajar peserta didikny. Pembangkitkat gairah belajar itu sering disebut dengan motivasi belajar. Motivasi adalah merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh- sungguh apabila mempunyai motivasi yang tinggi. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualtas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran nayng diinginkan.

Cara Membangkitkan motivasi Belajar Peserta Didik:

a.      Peserta didik akan belajar dengan lebih giat apabila tofik yang dipelajarinya menari dan bermanfaat bagi dirinya
b.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas, dan dikomunikasikan kepada peserta didik, dan peserta didik juga dapat dilibatkan  dalam penyusunan tujuan pembelajaran
c.       Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya
d.      Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu- waktu hukuman juga diperlukan
e.      Manfaatkan sikap, cita- cita, rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik
f.        Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik
g.      Usahakan untuk memenuhi suatu kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman, Menunjukkan bahwa guru senantiasa memperhatikannya.

5.      Mendayagunakan Sumber Belajar.

Derasnya arus informasi yang berkembang di masyarakat, menuntut setiap orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya, kalau tidak mau ketinggalan jaman.Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal, guru dituntut agar tidak mengandalkan apa yang ada di dalam kelas saja, tetapi harus  mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Guru dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti majlah, surant kabar, Internet dan lain sebagainya.

Kesimpulan:

Dari Uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa seorang guru yang bijak dapat mendongkrak kualitas pembelajaran dari pembelajaran yang biasa- biasa saja menjadi pembelajaran yang luar biasa, aktif, kreatif, menarik dan menyenangkan, sehingga menimbulkan motivasi belajar bagi peserta didik. Ada beberapa cara yang sangat efektif untuk mendongkrak kualitas pembelajaran yaitu:
1.      Mengembangkan Kecerdasan Emosional (emotional quotient)
2.      Mengembangkan Kreativitas ( Creativiy Quotion) Dalam Pembelajaran.
3.      Mendisiplinkan Peserta Didik dengan Ksih Sayang.
4.      Membangkitkan Gairah Belajar
5.      Mendayagunakan Sumber Belajar.

Sukses Untuk Semua dan Semoga Bermanfaat!!!




Senin, 11 Januari 2016

Hanya Allah Sajalah Tempat Kita Berserah Diri

Kita sering mendengar kata- kata “Tawakkal”, atau mendengarkan nasehat seseorang kepada orang lain “ Tawakkal saja”, tanpa kita tahu apa sebetulnya yang dimaksud dengan tawakkal tersebut.
            Tawakkal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada Allah SWT.  Orang yang tawakkal hanya menggantungkan seluruh aspek kehidupannya hanya kepada Sang Pencipta alam semesta ini yakni Allah SWT.
            Seorang Muslim hanya boleh bertawakkal kepada Allah semata, sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut: “ Dan kepunyaan Allah lah yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNYA lah dikembalikan segala urusan, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepadaNya. Dan sekali- sekali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud 11: 123)
            Tawakkal adalah salah satu buah keimanan. Setiap orang yang beriman kepada Allah, akan menyerahkan segala urusan hidup dan kehidupannya kepada Allah SWT. Dia tidak akan takut menghadapi masa depan, tidak akan kaget dengan segala kejutan yang dia alami atau dia rasakan. Hatinya tenang dan tenteram, karena dia yakin akan keadilan Allah SWT dan rahmatNya. Oleh sebab itu tidak cukup apabila seseorang itu hanya baru beriman kepada Allah, tapi tidak diikuti oleh sikap tawakkal.

 Kedudukan Tawakkal Pada Ikhtiar

Sudah merupakan hal yang sangat wajar bahwa seseorang yang berusaha dan yang akan melakukan satu pekerjaan tertentu, dia akan berharap hasil yang baik dari uasahanya itu, dengan cara menyerahkan semua kepada Allah SWT. Tetapi kalau dia hanya berdoa tanpa berusaha sekuat tenaga lalu pasrah kepada Allah, itu adalah sia- sia. Allah tidak akan pernah menurunkan rezeki berupa uang dan emas dari langit. Semua itu harus didapatkan dengan usaha keras. Dengan kata lain tawakkal harus diawali dengan kerja keras dan usaha yang maksimal (ikhtiar). Tidaklah dinamakan tawakklal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil bermalas- malasan aliar berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa. Sikap pasrah seperti itu adalah salah satu bentuk kesalahpahaman terhadap hakikat tawakkal. Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang badui yang memaknai tawakkal dengan kesalahpahaman dengan membiarkan uutanya tidak diikat karena menurut dia itulah cerminan sikap tawakkal. Lalu Rasulullah SAW menegurnya; “ Ikat dan tawakkallah”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Thabrani).
            Rasulullah dan kaum muslimin generasi awal telah memberikan contoh bagaimana seharusnya memahami tawakklal.  Mereka adalah para pekerja keras yang bergerak diberbagai lapangan kehidupan. Ada yang bergerak di bidang perdagangan, ada yang di bidang pertanian, perindustrian, keilmuan dan sebagainya. Rasulullah SAW senantias mendorong umatnya untuk bekerja keras. Beliau selalu berdoa agar selalu dijauhkan dari sifat- sifat lemah dan malas. Umat Islam tidak boleh berhenti berusaha. Perhatikan, dalam situasi perang, sewaktu shalat pun kaum muslimin harus tetap memanggul senjata.

Jangan Bertawakkal KepadA Ikhtiar

            Sekalipun kita disuruh untuk berikhtiar sebelum bertawakkal, artinya kita disuruh mengikuti hukum sebab akibat, tetapi kita tidak boleh bertawakkal kepada ikhtiar. Sebab akibat memang sunnatullah. Seseorang itu bisa jadi pintar karena dia rajin belajar. Karena berobat seseorang yang tadinya sakit menjadi sembuh. Tetapi sebab bukanlah satu- satunya yang menyebabkan akibat. Seperti dua orang pasien di rumah sakit; penyakitnya sama, dokternya sama, obatnya juga sama, tetapi yang satu meninggal, sedang yang satu sembuh dan menjjadi sehat walafiat. Maka dari itu jangan terlalu bergantung kepada sebab, tetapi sebab itupun tidak boleh pula dilupakan. Yang diperintahkan oleh agama dan sesuai dengan akal adalah mengusahakan sebab dan menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada sang Khaliq Sipencipta alam semesta.Sekuat apapun kita berusaha, tetapi kalau tidak meminta pertolongan kepada Allah, itu adalah sombong. sedangkan tawakkal tanpa bekerja keras (ikhtiar) itu adalah sia- sia.

Hikmah Tawakklal.

            Sikap tawakkal sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin. Sebab apabila seseorang telah berusaha dengan sungguh- sungguh untuk mendapatkan sesuatu; mengerahkan segala tenaga dan dana , membuat perencanaan dengan sangat bagus dan cermat, melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan displin yang tinggi, melakukan pengawasan dengan ketat, kalau kemudian masih saja mengalami kegagalan, maka dia tidak kecewa apalagi putus asa . Dia akan menerimanya sebagai satu musibah, sebagai ujian bagi ketaatannya kepada Allah SWT, yang harus disikapi dengan baik dan dihadapi dengan penuh kesabaran. Sebaliknya jika semua yang dia usahakan itu berhasil dengan baik, dia tidak akan lupa bersyukur kepada Allah SWT, tidak sombong apalagi membanggakan diri, karena dia meyakini bahwa semua yang dia lakukan, mustahil akan berhasil dengan baik tanpa pertolongan dari zat yang Maha Agung yakni Allah SWT. Dengan demikian, semua situasi dihadapinya dengan tenang. Bila dia gagal dia akan bersabar dan bila dia berhasil dia akan bersyukur. “ Allahu A’lam Bishshawab”


            

Kamis, 07 Januari 2016

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak


Anak adalah amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan oleh orang tua. Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya. Dan anak juga adalah sebagai investasi masa depan bagi orang tua. Oleh sebab itu orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, mengasihi dan mendidik anak- anaknya dengan rasa kasih sayang dan penuh tanggung jawab. Sangat ironis kalau ada orang tua yang menelantarkan anak, menyiksa anak, bahkan membuang serta  membunuhnya. Na’uudzubillaahi mindzaalik.
Banyak pasangan rumah tangga yang tidak dikaruniai anak, mereka ingin mempunyai anak. Bermacam cara yang mereka lakukan, berobat ke sana- sini,mengadopsi anak dan sebagainya, tapi banyak pula yang orang yang dikaruniai anak-anak yang cantik dan lucu, malah diterlantarkan, disia- siakan dengan berbagai macam alsan. Apapun alasannya, ketika seseorang menelantarkan anak, tentu tidak dapat diterima.
Hubungan orang tua dengan anak dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:
1.      Hubungan Tanggung Jawab.
Anak adalah amanah Allah yang dititipkan kepada orang tua untuk dapat dibesarkan, dipelihara dirawat dan dididik dengan sebaik- baiknya . Dengan kata lain, orang tua adalah pemimpin yang mendapatkan tugas dari Allah SWT untuk memimpin anak- anaknya, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk kehidupan akhiratnya. Sedangkan kepemimpinan itu harus dipertanggungjawabkan orang tua di depan Allah SWT Sipemberi amanah tersaebut. Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berkut:
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.. Kepala Negara adalah pemimpin, dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya dan dia bertanggung jawab terhadap keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Seorang pembantu adalah pemimpin pada harta benda majikannya dan dia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
2.      Hubungan Kasih Sayang.
Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap manusia yang normal, pasti dia mendambakan kehadiran anak- anak di rumahnya. Kehidupan rumah tangga walaupun setinggi apapun pangkatnya, punya rumah besar dan megah seperti istana, kendaraan yang menkilap dan bersusun menjadi koleksinya, harta benda yang melimpah, belum lagi lengkap kalau belum mendapatkan anak. Allah menyatakan dalam Al- Quran bahwa anak adalah perhiasan dunia:
“Harta dan anak- anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan- amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. ( QS. Al- Kahfi 18: 46).
3.      Hubungan Masa Depan.
Anak adalah investasi masa depan di akhirat bagi orang tua. Karena anak yang shaleh akan selalu mengalirkan pahala kepada kepada kedua orang tuanya, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut:
“Apabila seseorang meninggal dunia putuslah (pahala) amalannya kecuali salah satu dari tiga hal: Shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil manfaat darinya, dan anak yang shaleh yang selalu mendo’akannya”. (HR. Muslim)
Dengan tiga alasan di atas itulah seorang Muslim didorong untuk dapat berfungsi sebagai orang tua dengan sebaik baiknya. Apalagi kalau dia berfikir betapa pentingnya pembinaan dan pendidikan anak- anak untuk menjaga eksistensi dan kualitas umat manusia umumnya dan umat Islam khususnya di masa yang akan datang.
Anak menurut AL- quran dapat dikelompokkan kepada empat tipologi yaitu:

  •   Anak Sebagai Perhiassan Hidup Dunia.
Al- Quran menyatakan anak adalah perhiasan dunia. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan- amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al- Kahfi 18:)
Sepasang suami isteri merasa rumah tangganya belum lengkap kalau belum mempunyai anak. Ibarat perhiasan, anak- anak berfungsi memperindah dan mempermanis sebuah rumah tangga. Tetapi orang tua tidak hanya memfungsikan anak sebagai perhiasan saja, tetapi harus membina dan mendidik dengan sebaik- baiknya, agar anak itu tidak hanya menjadi sebuah pajangan saja, yang secara lahir dapat dibanggakan tetapi kualitasnya mengecewakan.

  • Anak Sebagai Ujian.
Selain sebagai perhiuassan hidup dunia, anak juga menjadi ujian (fitnah) bagi kedua orang tuanya. “ Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak- anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. Al- Anfal 8: 28)
Orang tua diuji dengan kehadiran anaknya. Apakah anak- anak dapat melalaikannya dari beribadah kepada Allah SWT atau apakah dia mampu melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yang baik; mendidik dan membina anaknya menjadi anak- yang shaleh dan shalehah. Fitnah juga dalam arti anak biasa menyengsarakan dan mencemarkan nama baik orang tuanya.

  • Anak Sebagai Musuh
Anak juga bisa sebagai musuh bagi kedua orang tuanya. Sebagaimana firman Allah yang artinya sebagai berikut: “ Hai orang- orang yang beroman, sesungguhnya diantara isteri- isterimu dan anak- anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati- hatilah kamu terhadap mereka… “ (QS. At- Taghabun 64:14)
Musuh bisa berarti secara fisik dan bisa juga dari segi ide, pikiran, cita- cita dan aktivtas. Bisa jadi orang tuanya di mana- mana melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sianak justru melakukan amar munkar nahi ma’ruf atau bertolak belakang dengan orang tuanya. Makanya tidak jarang kita temui anak seorang Ustadz atau Kiai malah terlibat narkoba, Bapaknya haji Ibunya haji anaknya hamil di luar nikah dan lain- lain.

  • Anak Sebagai Cahaya Mata
Tipe ke empat ini oleh Al- Quran diistilahkan dengan Qurratu A’yun (cahaya mata). Allah berfirman, “ Dan orang- orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri- isteri kami dan keturunan kami sebagai cahaya mata (penyenang hati kami), dan jadikanlah kami imam imam bagi orang- orang yang bertaqwa.”( QS. Al- Furqan 28: 74).
Qurratu A’yun berarti cahaya mata, permata hati, sangat menyenangkan. Inilah tipologi anak ideal yang senantiasa menjadi harapan semua orang tua. Tunduk dan taat kepada perintah Allah SWT, berbakti kepada orang tua, dikenal baik di dalam masyarakat di manapun dia berada. Dengan kata lain  beriman, berilmu dan beramal. Inilah yang kita sebut anak shaleh.
Semoga!!!

Senin, 04 Januari 2016

Guru Yang Bijak Tidak Melakukan Kesalahan Yang Fatal

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun upayab tersebut paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki ijazah perguruan tunggi. Latar belakang pendidikan guru ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhinya.

Dari berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu:

1. Mengambil Jalan Pintas dalam Pembelajaran.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis dan didaktis secara bersamaan. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunkannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.

2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif.
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik.Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukkan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan penuh perhatian dan pujian.

3. Menggunakan Destructive Discipline
Akhir- akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta ddik, bahkan melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Demikian juga halnya dalam pembelajaran, guru akan menghadapi situasi- situasi yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin. Jika guru tidak memiliki  rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada pesrta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukkannya, sehingga guru memberikan hukuman melampaui batas kewajaran. Hal tersebut dapat mengakibatkan upaya penegakkan disiplin menjadi kurang efektif. Agar seorang guru tidak melakukan kesalahan- kesalahan dalam menegakkan disiplin, perlu diperhatikan beberpa hal:
a. Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tengan.
b. Gunakan didsiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran.
c. Hindari menghina dan mengejek peserta didik.
d. Pilihlah hukuman yang dapat dilaksanakan secara tepat.
e. Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik.
Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Kita tahu bahwa setiap peserta didik memiliki perbedaan individual sangat mendassar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu, guru harus memahami beberpa aspek peserta didik antara lain: kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, riwayat kesehatan, latar belakang keluarga dan kegiatannya di sekolah.

5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan lain yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai di kelas. Perasan ini sangat menyesatkan, karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya. Makanya dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Jika tidak, maka guru tersebut akan terlindas zaman.

6. Tidak Adil ( Diskriminatif).
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan kepada peserta didik secara adil dan merata (tidak diskriminatif) sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru, dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Tetapi dalam prakteknya banayak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan pserta didik, dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru terutama dalam penilaian.

7. Memaksa Hak Peserta Didik.

Memaksa hak peserta didk merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja mempunyai pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, tetapi memaksa tindakan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu, tentu tidak dapat digugu dan ditiru.

Muda- mudahan kita semua baikyang sudah menjadi guru, maupun calon- calon guru dapat menghindarkan hal- hal tersebut di atas. Semoga!!!!!