Kamis, 31 Desember 2015

Peran Guru Dalam Pembelajaran

Guru adalah ujung tombak suatu pembelajaran. Keberhasilan seorang peserta didik di dalam pelajaran sangat tergantung kepada sejauh mana peran seorang guru dalam hal itu. Semua orang yakin bahwa guru memilki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan bantuan orang lain, sejak lahir sampai pada saat meninggal. Demikian juga halnya dengan peserta didik; ketika orang tua menyerahkan anaknya ke satu lembaga pendidikan (sekolah), pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat pendidikan yang baik serta dapat berkembang secara optimal.

Anak itu dilahirkan membawa potensi masing- masing. Orang tua punya keterbatasan, baik waktu, tenaga serta kemampuan, maka tugas sekolah adalah menggali potensi anak, membina potensi itu, dan selanjutnya mengembangkannya. Jadi, minat, bakat, kemampuan serta potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian peserta didik guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan masyarakat dan memajukan negara dan bangsa.

Untuk memenuhi tuntunan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, Pullias dan Young (1988), Manan ( 1990) serta Yelon and Weinstein (1997) dapat diidentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru dalam pembelajaran yaitu:

1. Guru Sebagai Pendidik.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh sebab itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar.
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang ppertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya.
Perkembangan teknologi mengubah eran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan  materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.
3. Guru Sebagai Pembimbing.
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey0 yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spritual yang lebih dalam dan kompleks.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih
5. Guru Sebagai Penasehat.
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua peserta didiknya,meskipun mereka tidak mendapatkan latihan khusus sebagai seorang penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lau ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan.
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai seorang guru.
8. Guru Sebagai Pribadi.
Sebagai pribadi yang berkecimpung di bidang pendidikan, guru haru s mempunyai kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai seorang pendidik kadang- kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya.
9. Guru Sebagai Peneliti.
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian- penyesuaian dengan kodisi lingkungan. Unutk itu diperlukan penelitian yang di dalamnya melibatkan guru.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas.
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan.
Dunia ini adalah panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin.
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali m,emberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilaksanakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perannya.
13. Guru Sebagai PemindaH kemah.
Hidup ini dinamis, selalu berubah, dan guru adalah pemindah kemah yang suka memindah- mindahkan dan membantu peserta didik meninggalkan hal lam menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita.
Sudanh menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanykan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaan itu. Semua dapat diperoleh melalui cerita. Guru dengan menggunakan suaranya memperbaiki kehidupan dengan puisi dan berbagai cerita tentang manusia.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton, dengan penampilan yang sebagus dan semenarik mungkin, agar para penontonnya mengikuti dengan sungguh- sungguh, sehingga mereka bisa menangis ataupun ketawa sesuai dengan certia yang diperankan oleh aktornya.
16. Guru Sebagai Emansipator.
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami poteni peserta didikny, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan budak stagnasi kebudayaan'
17. Guru Sebagai Evaluato.
Evaluasi  atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian.
18. Guru Sebagai Pengawet.
Untuk dapat mengawetkan pengetahuan sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang harus diawetkan, agar tidak terjadi hambatan yang berarti dan selalu melaksanakan tugas dengan motivasi instrinsik dan meras bekerja sebagai robot.
19. Guru Sebagai Kolminator.
Tiada seorangpun manusia yang mengetahui kapan kehidupan dimulai dan kapan pula diakhiri, demikian pula kegiatan belajar.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses pembelajaran secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Peran guru segai kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.

Demikian tulisan singkat ini, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para pembaca. 
Wassalaamu'alaikum WW.


Selasa, 29 Desember 2015

Pemecahan Masalah Siswa

Pada tulisan yang lalu penulis mengemukakan tentang penyimpangan perilaku peserta didik di dalam kelas yang sering ditemukan oleh guru- guru, yang kadang- kadang membuat pusing guru tersebut, karena sangat menggangu proses belajar mengajar. Agar guru tidak dipusingkan oleh tingkah polah peserta didik yang sangat menggangu tersebut maka pada tulisan kali ini, penulis mengemukakan cara yang harus dilakukan oleh seorang guru  dalam menghadapi peserta didk yang mempunyai penyimpangan perilaku tersebut. agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan tertib dan kondusif.
Ada 2 usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam rangka pemecahan masalah masalah peserta didik;

1. Usaha yang bersifat pencegahan.

Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.
Menurut Mulyanui Sumantri (1999 : 283), dalam mengembangkan keterampilan mengelola siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:

a. Menunjukkan sifat tanggap
Dalam tugas mengajarnya guru harus terlibat secara fisik maupun mental, dalam arti guru harus selalu memiliki waktu untuk sermua perilaku peserta didik, baik perilaku positif maupun perilaku negatif.
b. Membagi perhatian
Guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta didiknya.
c. Memusatkan perhatian kelompok
Mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas- tugasnya dari waktu ke waktu.
d. Memberi petunjiuk- petunjuk yang jelas
Petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku- perilaku peserta didik lainnyayang berhubungan dengan pelajaran.
e. Menegur
Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku yang mengganggu atau menyimpang.
f. Memberikan penguatan. 
Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan  agar perilaku tersebut muncul kembali. Perilaku negatif diberikan penguatan dengan cara memberi teguran atau hukuman, agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali.

Pendapat lain mengemukakan bahwa langkah- langkah pencegahan preventif yang dapat ditempuh adaalah:

a. Peningkatan kesadaran diri sebagai seorang guru. 
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan terlihat pada sikap guru nyang demokratis, sikap yang stabil,kepribadian yang harmonis dan berwibawa.
b. Peningkatan kesadaran peserta didik.
Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada akhirnya memungkinkan peserta didk melakukan tindakan- tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu pembelajaran.
c. Sikap polos dan tulus dari guru.
Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura- pura. Bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tingkah laku seperti itu sangat membantu dalam mengelola kelas.
d. Mengenal alternatif pengelolaan.
Untuk mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut: 1) Melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun  kelompok. 2) Mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
e. Menciptakan kontrak sosial (tata tertib)

2. Usaha bersifat penyembuhan (Kuratif).

Berkenaan dengan kegiatan yang bersifat kuratif, Johar Permana (2000: 61) mengemukakan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah. 
b. Menganalisis masalah
c. Menilai alternatif pemecahan.
d. Mendapatkan balikan

Demikian tulisan singkat mengenai pemecahan masalah penyimpangan perilaku peserta didik yang dapat dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas, semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua, baik pembaca maupun penulis. Semoga!!!




Minggu, 27 Desember 2015

Masalah siswa di Dalam kelas

Banyak orang yang terlalu cepat menilai bahwa seorang anak itu nakal, hannya karena dia melihat tingkah laku anak tersebut di dalam kelas. Padahal tingkah laku anak di dalam kelas tersebut belum tentu  suatu indikator bahwa anak tersebut nakal.

Banyak permasalahan siswa yang muncul di dalam kelas, baik permasalahan individu maupun permasalahan kelompok. Di sini penulis akan menekankan kepada permasalahan individu.

Masalah individu muncul karena dalam individu ada suatu kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan- kebutuhan itu tidaka dapat lagi dipenuhi melalui cara- cara yang lumrah yang dapat diterima lingkungannya, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara lain. Dengan kata lain individu tersebut akan berbuat yang tidak baik. Perbuatan- perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak baik itu oleh Rudol Dreikurs dan Pearl Cassel yang dikutip oleh T. Raka Joni digolongkan menjadi empat yaitu:

1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas, cletak- cletuk bikin ketawa, bikin gerr, atau berbuat lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra.
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).  Misalnya selalu mendebat, kehilangan kendali emosional (marah- marah, menangis) atau selalu lupa aturan- naturan penting di kelas.
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Misalnya menyakiti teman- temannya dengan mengata- ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya.
4. Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors), yaitu sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena khawatir mengalami kegagalan.

Kategori masalah individu dalam pengelolaan siswa menurut Dreikurs dan Cassel didasarkan pada asumsi bahwa tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan. Setiap individu mempunyai kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa berguna. Jika individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai yang dapat diterima secara sosial, ia akan berkelalukan buruk.

Ada 4 tipe perilaku yang kurang baik, yaitu:
1. Perilaku untuk menarik perhatian
2. Perilaku untuk mencari kekuasaan.
3. Perilaku untuk melampiaskan dendam.
4. Perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan.

Untuk membedakan keempat tipe di atas, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Dreikurs dan Cassel mengajukan satu teknik yang cukup sederhana untuk mendeteksi gejala tersebut, dengan parameter sebagai berikut:

a. Jika guru merasa terganggu oleh tindakan siswa, mungkin tujuan siswa tersebut untuk mencari     perhatian.
b. Jika guru merasa dikalahkan atau terancam, tujuan siswa tersebut untuk mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa sangat tersinggung, tujuannya mungkin untuk mencari pelampiasan dendam.
d. Jika guru merasa tidak berdaya, tujuan siswa mungkin untuk menujukkan ketidakmampuannya.

Dari keterangan di atas jelas terlihat bahwa anak- anak yang selama ini kita anggap adalah anak - anak nakal yang selalu mengganggu di dalam kelas, ternyata mereka hanya mengalami penyimpangan perilaku saja dan harus mendapat perhatian dari gurunya.

Mudah- mudahan tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik bagi seorang guru, calon guru ataupun para orang tua. Insya Allah pada kesempatan yang akan datang pembaca dapat melihat bagaimana memecahkan masalah siswa yang tertera pada tulisan ini. 

Rabu, 23 Desember 2015

Pengembangan Diri

Pendidikan formal seperti yang berlaku sekarang ini mempunyai keterbatasan dalam upaya pengembangan potensi peserta didik sehingga pembentukan kemampuan intelektual dan profesionalisme mempunyai keterbatasannya pula. sekolah ataupun perguruan tinggi seyogyanya tidak dipahami sebagai finalisasi pembentukan manusia seperti apa yang diharapkan oleh cita- cita pendidikan nasional kita. Pendidikan tinggi boleh dikatakan sebagai upaya mempersiapkan, membentuk manusia yang memiliki "kondisi siap" yang dilatar belakangi oleh keahlian, keterampilan, profesi masing- masing dalam menghadapi dunia kerja, kehidupan masyarakat yang penuh dinamikanya. Kemampuannya dalam menghadapi tantangan dinamikanya. Kemampuannya dalam menghadapi tantangan dan dinamika kehidupan masyarakat akan amat tergantung pada upaya pengembangan dirinya. Terutama adanya ketangguhan ranah personal efektifnya. Manusia memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai dinamika, tantangan lingkungan yang didasarkan pada pengayaan potensi dasarnya dan sekaligus dapat mengorganisasikan lingkungannya, di dalamnya termasuk berbagai aspek lapangan kerja, kehidupan masyarakat. ( Piaget, 1984 )
Agama Islam adalah agama yang mencintai ilmu pengetahuan, terbukti dari ayat yang pertama diturunkan oleh Allah SWT adalah surah Al'Alaq ayat 1 s/d 5 yang artinya sebagai berikut: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.  Dia menciptakan manusia dari segumpal  darah. Bacalah, dan Tuhanmu muliakanlah. Yang mengajarkan manusia dengan qalam. Mengajarkan manusia dari apa yang tidak mereka ketahui ". Ayat ini membuktikan bahwa kita harus senantiasa belajar dan belajar, dan tidak terbatas di bangku sekolah atau bangku kuliah saja. Melalui belajar,kita dapat mengembangkan diri kita tanpa bergantung kepada orang lain. Tiada batas umur untuk belajar, sepanjang kita mempunyai kemauan untuk itu. Kapan kita mulai belajar dan kapan kita mengakhiri belajar? Kita belajar mulai dari ayunan sampai ke liang lahat, dengan kata lain belajar sepanjang hayat (Long Life Education ). Mudah-mudahan tulisan singkat ini bermanfaat buat penulis dan pembaca agar dapat mengembangkan diri kita masing- masing. Semoga!!!!!


Selasa, 22 Desember 2015

Anak Adalah Amanah Allah


Anak adalah amanah serta anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada orang tuanya.Karena orang tua mempunyai keterbatasan, baik waktu, kesemapatan, kemampuan dan lain-lain dalam mendidik putra/ putrinya maka orang tua menyerahkan putra/putrinya  ke sekolah agar dapat dididik oleh para guru dan pendidik di sekolah, dengan kata lain guru mengemban amanah dari orang tua yang juga berarti mengemban amanah dari Allah.

Untuk dapat mengemban amanah tersebut dengan baik dan sesuai dengan harapan orang tua, maka diperlukan guru yang berkualitas serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, apalagi di zaman eraglobalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, dimana kemajuan teknologi ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, baik dampak positif maupun dampak negative. Tetapi kita tidak bisa lari dari hal tersebut, karena lari dari teknologi berarti lari dari perkembangan zaman, yang akhirnya kita akan terlindas oleh zaman dengan kata lain kita akan ketinggalan informasi. Tetapi kemajuan teknologi (IPTAQ) harus diikuti dengan pendidikan iman dan taqwa (IMTAQ), agar – anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita harapkan, yaitu menjadi anak- anak yang pintar, cerdas dan berakhlak mulia