Minggu, 30 Oktober 2016

Etos Kerja Seorang Guru







Bagaimana menjadi guru yang baik? Ini merupakan pertanyaan yang susah- susah gampang untuk dijawab. Apakah dengan bekerja sesuai aturan, mampu mengajar dengan baik, datang tepat waktu, sikap dan perilakunya terpuji sudah cukup menjadikan seseorang menjadi guru yang baik? Mungkin seperti itulah harapan setiap orang tua siswa kepada gurunya.
Setiap orang yang berprofesi sebagai pendidik (guru dan dosen), mau tak mau harus memperhatikan bagaimana etos kerjanya. Sebetulnya bukan profesi pendidik saja yang dituntut demikian, tapi semua jenis profesi seharusnya memiliki etos kerja yang tinggi. Khusus pendidik, mungkin kriteria yang ditetapkan sedikit lebih berat disbanding profesi lainnya.
Menjadi Guru yang baik itu memang tidak mudah, kecuali bagi mereka yang sejak awal bertekat untuk selalu meningkatkan etos kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan sejumlah petunjuk  bagaimana meningkatkan etos kerja seorang guru yang mungkin dapat dipakai sebagai pegangan Bapak dan Ibu guru.
1.      Selalu mempersiapkan materi pelajaran.

Seorang guru yang kompeten harus selalu siap dengan materi yang akan disampaikan hari nitu kepada siswa- siswanya. Begitu memasuki kelas, otaknya sudah punya gambaran apa saja yang harus diajarkan pada hari itu. Guru yang tidak siap mengajar di hari itu, akan terciri dengan tingkaah polahnya sebelum dan sesudah dia memasuki kelas. Ada yang tiba- tiba sakit perut, sebelum masuk kelas membuat teh atau kopi terlalu panas, sehingga dia harus menunggu teh atau kopinya agak dingi sehingga dia bisa meminumnya. Itu semua adalah suatu pertanda guru tersebut tidak siap mengajar di hari itu.

2.      Selalu Tepat Waktu.

Kalau masih ingin dihormati peserta didik, usahakan selalu datang tepat waktu. Guru yang sering datang terlambat akan menjadi preseden buruk bagi peserta didiknya. Guru yang sering datang terlambat sangat menjengkelkan peserta didiknya. Mereka merasa diperlakukan ntidak adil, tidak diizinkan masuk, kecuali mendapat izin dari guru piket ataupun kepala sekolah, tapi apa ada sangsi dari kepala sekolah kepada guru- guru yang terlambat? Ada kebiasaan guru yang tidak patut ditiru. Guru yang satu ini seringkali melihat jam tangannya, seolah-olah ingin cepat- cepat mengakhiri pembelajaran, padahal waktu mengajarnya masih belum berakhir. Guru yang tidak menepati waktu ini, akan merugikan para peserta didiknya  yang begitu bersemangat menanti kehadiran  gurunya di kelas. Hal itu akan dapat mengurangi semangat belajarnya, yang mengakibatkan hilangnya respek pada guru tersebut.

3.      Bekerja Dengan Target Rasional.

Semua kita tahu bahwa tingkat kecerdasan peserta didik itu berbeda- beda. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak, disamping faktor bawaan, faktor domisili dan faktor- faktor lainnya. Setiap guru harus mengerti kemampuan peserta didiknya dengan baik agar dapat menentukan target yang harus di kejar. Seharusnya guru tidak mengkompetisikan seorang peserta didik yang satu dengan yang lainnya., tapi guru hendaknya mengkompetisikan seorang anak dengan diri anak itu sendiri.

4.      Mengisi Jam Kerja Secara Efektif.

Selama berada di sekolah, seluruh waktu, tenaga dan pikirannya semata- mata diinfakkan untuk sekolah. Selama berada di sekolah, dirinya tidak mau disibukkan oleh urusan yang tidak ada hubungannya dengan dengan sekolah. Urusan sekolah tidak bisa dicampuraduk dengan urusan rumah tangga, bisnis dan sebagainya. Ini namanya korupsi waktu. Guru yang baik tidak akan pernah menyisakan sedikit waktu kerjanya untuk berleha- leha, karena ia menyadari bahwa gaji setiap bulan yang diterimanya itu harus diganti dengan memberikan kontribusi yang optimal terhadap tugas dan kewajibannya.

5.      Tanggung Jawab Terhadap Program.

Guru adalah sosok pribadi yang bertanggungjawab. Bertanggungjawab kepada peserta didik, masyarakat sekitar, dirinya sendiri dan Allah Yang Maha Esa. Tanggungjawab kepada peserta didiknya tidak terbatas pada mencerdaskan saja, namun lebih dari itu, yakni melakukan pembinbanaan sehingga memiliki pribadi yang tangguh dan bertanggungjawab. Di sekolah ia bertanggungjawab penuh melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik, di tengah masyarakat ia dituntut tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat. Dan iapun harus bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Bertanggungjawab terhadap dirinya itu artinya melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut bukan karena ingin dipuji, melainkan karena tuntutan hati nuraninya sendiri.

6.      Kreatif dan Inovatif
Disamping punya tanggungjawab besar, seorang guru dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya. Guru tidak boleh berkreasi, karena proses kreatif itulah yang diharapkan para peserta didik kepada gurunya. Seorang guru yang baik adalah sosok yang selalu berusaha  menuangkan proses kreatif kepada peserta didiknya. Seorang guru adalah pencipta dalam lingkup sekolah. Ia harus berani menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, mampu mengubah sesuatu yang awalnya tidak bernilai menjadi bernilai tinggi. Karena ia harus member nilai kepada tugas- tugasnya sebagai seorang pendidik yang mempunyai tanggungjawab moral mencerdaskan anak bangsa. Seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak boleh kalah dengan keadaan, tetapi ia dituntut untuk mengubah keadaan.

7.      Tidak Mudah Putus Asa

Guru adalah garda depan bangsa ini, sejauh ini, masih banyak guru yang masih menunjukkan tanda- tanda perjuangan atas profesinya. Kalau kita mau menoleh sedikit ke pelosok pedesaan, potret perjuangan itu terekam dengan jelas. Tetapi pada saat yang sama di kota, banyak guru yang mengeluhkan minimnya kesejahteraan dan fasilitas yang dirasa belum mencukupi. Ambiguitas ini memang sangat menodai citra guru sebagai pejuang tanpa tanda jasa, walaupun semua pihak dapat memaklumi kenapa hal ini  terjadi.

8.      Konsisten dan Konsekuen.

Konsisten dan konsekuen adalah dua kata yang saling isi dan melengkapi. Kedua kata ini dapat dipakai sebagai tolok ukur dedikasi seorang guru dalam tugasnya. Seorang guru hendaknya memegang teguh sikap dan perilakunya, disamping menyelaraskan antara ucapan dengan perbuatannya. Seorang guru harus berani berkorban demi keyakinan yang dipegangnya, dalam rangka mencerdaskan anak bangsa ini. Kosisten artinya taat azas. Hal ini merujuk pada keteguhan dalam pendirian dan keyakinan. Sedangkan konsekuen artinya satunya kat dengan perbuatan. Seorang guru, disamping istiqamah dalam pendirian, kata- katanya harus dapat dijadikan pegangan. Sekali terucap, selamanya menjadi pedoman bagi peserta didiknya. Guru yang konsisten adalah guru yang punya pendirian dan mempertahankan pendiriannya sekuat tenaga. Ia tidak mudah diombang- ambingkan oleh pendapat orang lain yang belum tentu benar. Tetapi bukan berarti ia tidak menerima pendapat orang lain, ia hanya bersikap kritis. Tidak semua pendapat orang lain diterimnya mentah- mentah sebelum ia merassa yakin akan kebenarannya. Kosisten bukan berarti kaku, tetapi tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Hal ini mencerminkan sosok guru yang cerdas, sebab dengan kecerdasannyalah ia dapat mematahkan pendapat orang lain yang terbkti tidak benar.

9.      Senang Membaca dan Belajar.

Sebagai seorang guru, dua aktivitas tersebut harus selalu melekat dalam hidupnya. Membaca dan belajar merupakan kegiatan yang tidak boleh diabaikan begitu saja oleh seorang guru professional. Bahkan itu menjadi tugas pokok sebagai seorang guru. Sejalan dengan QS: Al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 yang artinya sebagai berikut “ Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah! Dan Tuhanmu muliakanlah, yang mengajarkan manusia dengan qalam, Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”. Idealnya setiap guru memilki perpustakaan pribadi di rumahnya. Perpustakaan tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Tentunya bukan sekedar rak- rak yang hanya dengan buku panduan, buku paket, tetapi juga buku- buku baru yang berkaitan dengan disiplin ilmunya maupun tidak.

10.  Senang Menulis.


Menulis merupakan keahlian khusus yang membutuhkan pembiasaan dan ketekunan. Banyak orang pintar, punya banyak ide, tetapi tidak mampu menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan dunia tulis menulis. Keduanya itu merupakan sekeping mata uang yang saling melengkapi. Jadi ketika kita berbicara tentang dunia pendidikan, de dalamnya tercakup dunia tulis menulis. Idealnya seorang guru yang bagus metode mengajarnya, bagus pula tulisannya. Artinya profesionalismenya itu tidak terbatas secara lisan saja, tetapi juga tulisan.

14 komentar:

  1. Benar Bu Ed.. Seorang guru yang tidak memiliki etos kerja adalah ciri guru yang tidak amanah, Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi. Maka sangatlah memprihatinkan jikalau ada seorang guru yang menganggap pekerjaannya hanyalah sebagai profesi dengan berpikir hanya tugasku mengajar, Guru bukan hanya mengajar, tapi harus memiliki disiplin, tanggung jawab , kreatif dan inovatif serta ikhlas.Nah saya sebagai guru terkadang malu jika melihat ada guru yang datang kesekolah terlambat, tidak mempersiapkan materi dengan sebaiknya, bahkan korupsi waktu manakala sedang mengajar sering keluar masuk kelas.Membiarkan anak ribut sendiri didalam kelas .Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah. .maka segera kita merubah mindset kita sebagai guru yang amanah .. agar apa yg kita lakukan mendapat keberkahan dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain (Pri Harum Marlina) kelas PAI UMJ 2016

    BalasHapus
  2. Sangat Setuju bu.
    Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identitas tinggi. Dengan memiliki etos kerja yang tinggi dan kinerja yang baik tentunya akan berpengaruh pada mutu dan kualitas pembelajaran.
    Jadi, sebagai seorang guru harus memahami dan mau dan mampu mewujudkan etos kerja dalam tugas keguruannya. Seperti yang pernah disinyalir oleh Jansen Sinamo, dalam Buku 8 Etos Keguruan yaitu :
    1.Mengajar itu adalah sebuah rahmat. Karenanya, ia mengajar dengan ikhlas dan penuh rasa syukur.
    2.Keguruan atau mengajar adalah amanah. Guru harus mengajar dengan benar dan penuh tanggung jawab.
    3.Keguruan adalah panggilan. Guru harus mengajar tuntas dan penuh integritas.
    4.Keguruan adalah aktualisasi. Guru harus mengajar dengan serius dan semangat.
    5.Keguruan adalah ibadah, guru mengajar dengan cinta dan penuh dedikasi.
    6.Keguruan adalah seni. Guru mengajar dengan cerdas dan penuh kreativitas.
    7.Keguruan adalah kehormatan. Guru mengajar dengan penuh keunggulan.
    8.Keguruan adalah pelayan. Guru mengajar sebaik-baiknya, penuh kerendahan hati.

    Kalau delapan etos kerja ini bisa diterapkan dan bisa menjadi karakter bagi sosok seorang guru, niscaya mutu pendidikan di negeri berpeluang semakin meningkat.

    BalasHapus
  3. Assalaamualaikum sangat inspiratif bu, etos kerja dalam perspektif Agama Islam, bahwa sebagai guru muslim, kita layak merenungkan bahwa segala rezeki yang Allah berikankepada kita, harus dimanfaatkan secara baik. Di samping itu manusia yang beradab pasti ingin bekerja keras dan cerdas,berusaha mencari rezeki dilandasi oleh etos Islam. Ajaran Islam amat menekankan etos kerja tanpa melupakan aspek spiritual, kehormatan dan kemuliaan datang dari kerja dan usaha untuk ibadah. Etos kerja cerdas berlandaskan spiritual dapat dikembangkan lagi oleh gurudan implementasikannya dalam kehidupan sehari- hari, yakni etos kerja sebagai mental rohani. (Imas Masriah) Program Linier PAI UMJ Kampus Cempaka Putih 2016.

    BalasHapus
  4. Saya sangat setuju dengan makalah etos kerja Ibu Edriati tersebut di atas.

    Guru pada saat sekarang ini masih banyak yang menganggap bahwa profesi yang mereka jalani hanya sebagai ladang mencari nafkah atau hanya sebagai target semata tanpa merasa adanya panggilan untuk memanusiakan manusia (mencerdaskan anak bangsa). Hal ini sangat memprihatinkan semestinya tidak demikian.
    mencintai sesuatu artinya menyenangi sesuatu, mencintai pekerjaan artinya menyenangi terhadap pekerjaan yang kita tekuni, mencintai pekerjaan merupakan suatu keharusan untuk meraih sukses, karena seseorang dalam mengerjakan dan bersungguh-sungguh dalam bekerja sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal.
    etos kerja dimaknai dengan semangat kerja, maka etos kerja seorang pengajar atau guru bersumber dari visinya yaitu meraih hasanah fid dunya dan hasanah fi al akhirat. dan jika etos kerja dipahami sebagai etika kerja sekumpulan karakter sikap mentalitas kerja maka dalam bekerja seorang guru senantiasa menunjukan kesungguhannya untuk memberikan seluruh kemampuannya untuk masa depan anak didik sebagai penerus bangsa yang bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, cerdas, mandiri dan berkarakter.
    etos kerja merupakan totalitas seseorang dalam memandang serta meyakini akan memberikan sesuatu makna untuk bekerja dalam meraih amal yang didasari dengan tauhid bukan sekedar dengan fitrah manusia seorang muslim melainkan sekaligus meninggikan martabat di mata Allah SWT
    demikianlah komentar singkat dari saya (Tri Mulyani) semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemampuan kepada kita sebagai guru/pendidik/PAI yang berkualitas memiliki etos kerja yang tinggi, karena guru yang memiliki etos kerja yang tinggi maka guru tersebut memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi pula, mari kita sama-sama ikut meneladani etos kerja Rasulullah SAW sebagai suri tauladan sekaligus guru bagi kita semua Aaamiin

    Tri Mulyani PAI Cempaka Putih UMJ

    BalasHapus
  5. saya siti Hasanah, saya sangat setuju dan sangat memberi motivasi atas etos kerja ini. Guru selama ini bekerja karena faktor untuk mencari nafkah. banyak sekali guru yang belum maksimal menjalan kan tugas nya dengan baik misalnya masih belum menyiapkan materi pelajaran dan datang ke sekolah belum tepat waktu . Untuk itu guru harus mempunyai komitmen kerja yang baik dan menjalankan tugas nya dengan baik. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri(qs ar-rad ayat 11)semoga guru bisa merubah untuk yang lebih baik lagi. demikian komentar dari saya semoga bermanfaat untuk semua.
    Siti Hasanah PAI CEMPAKA PUTIH UMJ

    BalasHapus
  6. Alhamdulilah,setelah membaca tulisan ibu saya sebagai guru PAI mendaoat masukan untuk bekal saya menjadi guru yang betul -betul ikhlas dan berusaha untuk mengemban amanah untuk mendidik anak bangsa dengan sebaik-baiknya.aamiin.(Budiarti Nurlaila,Program Linier PAI,Kampus Cempaka Putih)

    BalasHapus
  7. Terimakasih ibu telah membeikan gambaran bagaimana etos kerja seorang guru yang baik.Prinsip-prinsip di atas harus dapat dipegang teguh oleh seorang guru anggaplah mengajar itu suatu kesenangan, bukan untuk gaji semata. Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki seseorang yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpinnya. Pemimpin merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal tapi juga nonformal yang justru sering disalahgunakan. Oleh karena itu kita sebagai seorang guru/pemimpin dari siswa siswi di Sekolah jadilah model yang baik bagi mereka dengan memegang teguh etos kerja seorang guru.
    Hamidah PAI Cempaka Putih

    BalasHapus
  8. Assalamualaikum...saya sangat berterimakasih sekali kepada bu Ed, setelah membaca blog ibu,yang begitu jelas memaparkan. saya jadi lebih memahami lagi cara meningkatkan Etos kerja sebagai guru, apa lagi menjadi guru agama di SD,merupakan pengalaman baru yang akan saya jalani nanti.Saya harus mempersiapkan diri,dan memegang teguh ETOS KERJA GURU.Agar menjadi panutan yg baik peserta didik nanti
    Kurmanengsih.PAI.UMJ.CEMPAKA PUTIH

    BalasHapus
  9. Assalamualaikum.Wr.Wb. Menjadi guru memang suatu pekerjaan yang sangat mulia, bila kita ikhlas untuk menjalankan semua itu. kita harus menjalankan tugas kita dengan penuh tangguh jawab tanpa banyak pamrih. Oleh sebab itu kita harus punya etos kerja yang baik. Memang betul yang Ibu sampaikan diantaranya: Selalu mempersiapkan materi pelajaran, ini merupakan modal seorang guru. Tepat waktu, kita memang harus menghargai waktu. Bekerja dengan target rasional, guru janganlah menyamaratakan kemampuan setiap anak dsb. Bila seoarang guru betul-betul mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya dan melaksanakan semua itu dengan ketulusan hati maka insyaallah dia akan menjadi guru yang baik dimata murid/siswa maupun masyarakat.Sekian komentar dari saya dan terima kasih atas bimbingan Ibu selama ini. Wassalam
    Andriati.PAI.UMJ.CEMPAKA PUTIH

    BalasHapus
  10. Assalamu`alaikum WR.WB
    Alhamdulillah dengan membaca tulisan yang telah ibu buat senantiasa mengingatkan kita sebagai guru untuk selalu komitmen dengan pilihan profesi kita sebagai guru, yaitu dengan selalu meningkatkan etos kerja yang baik sesuai dengan profesinya. karena dengan selalu meningkatkan etos kerja sebagai guru sama dengan kita selalu amanah dan mensyukuri setiap apa yang kita kerjakan
    Terimakasih, Emi Yusmiati, PAI UMJ Cempaka Putih

    BalasHapus
  11. Assalamu'alaikum Wr.Wb.
    Membaca tulisan ibu membuat saya merasa malu karena sebagai seorang guru merasa etos kerja saya selama ini sangat lemah dan jauh dari idealnya seorang guru. Tulisan ini akan menjadi cambuk buat saya untuk memperbaiki etos kerja saya dan akan berusaha menjadi guru yang baik dan profesional. Terima kasih sudah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
    MAEMUNAH, PAI UMJ CEMPAKA PUTIH.

    BalasHapus
  12. Assalamu'alaikum Wr.Wb.
    Membaca tulisan ibu membuat saya merasa malu karena sebagai seorang guru merasa etos kerja saya selama ini sangat lemah dan jauh dari idealnya seorang guru. Tulisan ini akan menjadi cambuk buat saya untuk memperbaiki etos kerja saya dan akan berusaha menjadi guru yang baik dan profesional. Terima kasih sudah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
    MAEMUNAH, PAI UMJ CEMPAKA PUTIH.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. Assalamu alaikum .wr.wb
    Saya sangat terinspirasi membaca artikel yang ibu tulis memang menjadi guru itu haruslah ikhlas ,jika kita ikhlas dalam mendidik anak -anak kita drngan tanpa pamrih insya allah ada kebaikan yang kita dapat.Jika kita senang menjadi guru jadilah guru yang profesional akan tanggung jawabnya sebagai guru.Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,panutan,dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya.Olek karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu ,yang mencakup tanggung jawab ,wibawa ,mandiri dan disiplin. juriah PAI Cempaka Putih

    BalasHapus