Rabu, 17 Februari 2016

MODAL DASAR SEORANG GURU




Guru itu ibarat seorang pedagang, dimana mustahil seorang pedagang itu  tidak memiliki modal. Seseorang yang sudah memutuskan untuk jadi pedagang, tentu dia harus mempersiapkan dirinya sedemikian rupa, baik fisik, mental maupun materialnya. Begitu juga seorang guru. Ketika dia memutuskan untuk menjadi guru, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka dia harus memiliki modal sebagai seorang guru. Pada tulisan ini penulis akan memaparkan modal apa yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Tidak dapat dimungkiri bahwa kadang- kadang  masyarakat menuntut secara amat berlebihan kepada para pejuang tanpa tanda jasa ini. Makanya apabila ada seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis masyarakat selalu lebih berat disbanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan oleh oknum dari profesi lain. Padahal guru adalah manusia biasa , yang tak luput dari kesalahan.
Di tengah polemic yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk meiliki kelebihan- kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pencerdas anak bangsa sekarang ini jauh lebih berat  disbanding tahun- tahun yang sudah berlalu. Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar saja, tetapi juga harus memilki kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan yang dimiliki peserta didiknya.
Pada kesempatan ini penulis akan menjawab pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh banyak orang, baik calon guru, guru, ataupun dari yang lainnya, yang bunyinya kira- kira begini : “ Sebenarnya modal dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru agar benar- benar mampu menjadi terdepan dalam perubahan zaman?”.  Berikut ini adalah sejumlah kriteria sebagai bahan pertimbangan bagi calon guru maupun guru agar mampu tampil maksimal di depan peserta didiknya:
1.      Kecerdasan spiritual yang memadai.

Guru digugu dan ditiru. Sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang guru. Kemuliaan itulah yang tidak bisa diterima masyarakat ketika ada oknum guru yang mencemarkan nama baiknya. Karena tingginya penghormatan yang diberikan kepadanya, maka guru harus berhati –hati dalam berbuat dan bertindak, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Masyarakat berharap seorang guru itu merupakan sosok yang berada di atas rata- rata, sehingga ia bukan saja  menjadi guru bagi peserta didiknya di sekolah, tetapi yang paling penting adalah dia mampu menjadi guru buat dirinya sendiri.

2.      Kecerdasan Emosinya Cukup.
Kemampuan emosional merujuk pada kecakapan untuk mengelola batinnya sendiri dan batin peserta didiknya serta kemampuan untuk memberikan motivasi, baik kepada dirinya, maupun kepada peserta didiknya. Fokus utamanya adalah bagaimana seorang guru mampu mengelola emosinya sendiri. Kemampuan mengelola emosi ini sangat penting agar ia bisa tampil di depan peserta didiknya sebagai guru yang bijaksana.

Kita tahu mendidik itu bukan saja berarti mengajar anak- anak untuk memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan emosional. Disamping otaknya pandai dan mampu mengendalikan diri, seorang guru juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Pada prinspnya mendidik itu adalah mencetak generasi muda penerus bangsa menjadi manusia yang utuh baik lahir maupun batinnya. Ada seorang guru yang cukup cerdas baik spiritual maupun intelektualnya, namun ia tidak memiliki keterampilan untuk mengelola batin peserta didiknya dengan baik, sehingga yang terlontar dari mulutnya adalah keluhan keluhan tentang peserta didiknya. Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup akan terlihat jelas dari cara dia menghadapi peserta didiknya, yakni sabar dan bijaksana.

3.      Kecerdasan Intelektualnya Lumayan.

Seorang guru harus mampu menguasai bidang yang diampunya, dan selalu tanggap terhadap perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan bidangnya. Mendidik itu adalah seni, seni itu dinamis bukan statis. Seorang guru seharusnya selalu berusaha mengembangkan kemampuannya agar menemukan kreasi dan inovasi baru demi peserta didiknya. Seorang guru tidak boleh cepat merasa puas dengan apa yang telah ia lakukan dan terhadap prestasi yang dia capai. Dia harus memilki gagasan- gagasan baru demi meningkatkan kecerdasan peserta didiknya.

Kecerdasan intelektual ini akan menempatkan dirinya sebagai sosok yang punya daya tarik tersendiri bagi peserta didiknya.Peserta didik merasa senang mengikuti apa yang diajarkannya, karena ia dianggap mampu dan menguasai bidangnya.

4.      Memiliki Kemampuan Berbicara.

Kemampuan berbicara adalah salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru. Seorang guru tidak hanya sekedar pandai, tetapi juga harus mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya dengan baik  di depana kelas. Banyak guru yang pandai,namun tidak disukai oleh peserta didiknya, lantaran cara dia menyampaikan pelajaran yang tidak berkenan di hati mereka. Ada guru yang terlalu cepat berbicara, sehingga peserta didiknya hanya mendengar sepotong- sepotong. Ada pula guru yang mengajarnya bertele- tele, sehingga membosankan. Peserta didik banyak yang mengantuk, tidak focus dan berharap pembelajaran cepat berakhir dan gurunya keluar ruangan. Ada lagi guru yang terlalu santai, sehingga terkesan lebih banyak melawaknya daripada mengajar.

5.      Sabar Menghadapi Peserta Didiknya.

Peserta didik datang ke sekolah dengan bermacam- macam karakteristik. Mereka datang ke sekolah dari berbagai latar belakang keluarga, yang tidak mungkin sama antara  satu dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang perilakunya menyimpang, di sisi lain ada pula peserta didik yang daya tangkapnya lemah, ada juga yang terlalu kritis dan lain- lain.

Semua ini merupakan masalah sehari- hari bagi seorang guru yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Untuk itu, maka seorang guru harus mempunyai jiwa yang matang. Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala apapun yang menghalangi tugas- tugasnya.

6.      Telaten Dalam Membimbing Peserta Didiknya.

Semua guru pasti ingin selalu dirindukan oleh peserta didiknya. Ingin menciptakan kedamaian di hati peserta didiknya. Bukan kecantikan atau ketampanan seorang yang membuat peserta didik merasa nyaman, tapi ketelatenan guru itulah yang membuat siswa selalu terkesan dengan gurunya. Seorang guru tidak boleh merasa bosan dalan membimbing peserta didiknya, karena daya tangkap anak bermacam- macam, ada yang cepat dan ada yang lambat. Kalau peserta didik yang cepat tentu tidak ada masalah, tapi kalau peserta didik yang lambat, sangat diperlukan ketelatenan guru dalam membimbingnya, agar mereka mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.

7.      Memiliki kedisiplinan Yang Tinggi.

Disiplin merupakan factor penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Profesionalisme seorang guru bisa diukur dari tingkat kedisiplinannya dalam menjalani profesinya. Disiplin bukan hanya terbatas kepada waktu saja, namun juga menyangkut perilaku yang lain seperti kerapihan dalam berpakaian, memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah ditentukan dan sebagai guru yang memiliki disiplin tinggi akan berupaya datang ke sekolah tepat waktu.

Disiplin merupakan suatu keniscayaan, yang harus melekat pada diri seorang guru. Menjalani profesi sebagai seorang guru harus  memiliki tanggungjawab yang tinggi. Betapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh Negara dan peserta didik kalau ada guru yang mangkir dari tugasnya tanpa alasan yang jelas? Seorang guru sebaiknya mengajari dirinya sendiri untuk berdisiplin tinggi sebelum menyampaikan tentang kedisiplinan kepada peserta didiknya.

8.      Komunikatif.

Guru itu sama dengan artis yang menyampaikan pesan kepada penontonnya. Seorang pemain sinetron atau pemain film yang mendapatkan peran yang melankolis, maka dia benar- benar sedih dan penonton pun hanyut dengan kesedihan itu. Begitu juga kalau seorang artis mendapatkan peran antagonis, maka penontonpun ikut marah melihatnya. Itulah artis yang komunikatif. Seorang guru dituntut komunikatif dengan peserta didiknya. Ia harus berusaha menghilangkan kesenjangan psikologis yang biasanya menjadi penghambat hubungan antara guru dan peserta didik. Guru yang komunikatif akan dirasakan oleh peserta didiknya bahwa apa yang disampaikan gurunya diserap dengan baik, karena penyampaian guru tersebut sangat menarik menurut mereka. Peserta didik akan merasa sangat rugi kalau mereka tidak datang atau guru tersebut berhalangan hadir.

9.      Memmiliki Kepekaan dan Kepedulian.

Kalau dicari di buku pedoman pembelajaran, memang tidak akan ditemukan kamus kepedulian. Namun seorang guru bukan hanya mengajar dengan berpedoman pada aturan yang ada, tapi secara moral mereka bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan peserta didiknya..

10.  Memiliki Jiwa Pendidik.

Seorang guru tentunya harus memiliki jiwa pendidik. Berbeda dengan profesi lain yang mengelola benda- benda mati, tugas guru lebih berat, karena guru berhadapan langsung dengan manusia, yang dalam hal ini adalah peserta didiknya. Guru mempunyai kewajiban mengelola potensi peserta didiknya yang semula tidak banyak tahu menjadi tahu segalanya. Jiwa pendidik harus dimiliki oleh seorang guru, karena amanah yang menjadi tanggungjawabnya bukan main beratnya. Namun penulis juga yakin bahwa jiwa pendidik ini bisa ditumbuhkan. Kadang- kadang ada orang yang awalnya tidak bisa menikmati perannya sebagai guru, lama kelamaan merasa susah untuk meninggalkan profesi itu. Pertanyaan sekarang “ Sudahkah anda semua para guru memilki jiwa pendidik?”. Kalau belum, apa yang mendorong anda untuk menjadi guru? Sekedar tuntutan perut atau ada factor yang lebih mulia dari itu? Hanya anda sendidilah yang bisa menjawabnya.

Semangat dan Sukses Selalu Untuk Teman- teman Guru







Amalan Yang Tiada Putus


Manusia hidup di dunia ini ibarat seorang perantau, yang di suatu saat akan pulang ke kampung halamannya. Tak ayal lagi kalau seorang perantau yang akan kembali pulang ke kampung halamannya tentu akan merasa malu ketika dia pulang tidak membawa bekal yang banyak. Begitulah kita hidup di dunia ini.
Manusia melalui beberapa alam, yaitu: 1) Alam barzah, yaitu ketika kita masih di dalam kandungan Ibu 2) Alam dunia, ketika kita dilahirkan sampai meninggal dunia 3) Alam kubur, ketika manusia sudah meninggal 4) Alam akhirat, ketika manusia dibangkit kembali setelah hari kiamat nanti.
Tidak ada satu orangpun manusia yang akan hidup selama- lamanya, semua pasti akan mati dan akan kembali kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT, serta akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan semasa hidup di dunia.

Di bawah ini akan diuraikan ayat- ayat tentang kematian

1. ”Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” ( Qs. Ali ‘imran: 185 )

2. “ Dimana saja kamu berada,kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengartakan: “ ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa suatu bencana mereka mengatakan “Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah! “Semuanya datang dari sisi Allah”, .aka mengapa orang- orang itu (orang munafik) hampir- hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun”. (QS. An Nisaa’: 78)
  
3. “ Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”. QS. An Nahl : 61)

4. “ Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah. Sebagai ketetapan tertentu waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang- orang yang bersyukur”. (QS. Ali ‘Imran: 145)

5. “ Katakanlah; Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui tentang yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al Jumu’ah ; 8)

Dari beberapa terjemahan ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.       Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.
2.      Kita tidak bisa menghindar atau lari dari kematian.
3.      Kematian itu pasti akan datang menjemput kita, walaupun kita sembunyi dibalik benteng yang kokoh sekalipun.
4.      Tiada seorangpun  manusia yang dapat mempercepat kematiannya, ataupun sebaliknya, yang dapat menunda kematiannya walau sedetikpun.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, sudahkan kita mempersiapkan diri untuk itu? Tidak seorangpun yang mau menemani kita di dalam kubur, walaupun hanya sebentar saja. Tidak ada seorang anakpun yang mau menemani Bapak/ Ibunya di dalam kubur, walaupun hanya semalam, padahal semasa hidupnya dia sangat mencintai anak- anaknya, dia sebagai orang tua yang sangat bijaksana sehingga dia juga sangat dicintai anak- anaknya. Tidak ada seorangpun suami/ isteri yang mau menemani isteri/ suaminya di dalam kubur walaupun semalam saja, padahal semasa hidupnya mereka saling mencintai dan saling berjanji sehidup semati. Begitu juga dengan harta benda, kekayaan, pangkat dan kedudukan semasa hidupnya, tidak akan dapat menemaninya di dalam kubur.

Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita semua Apa yang dapat kita bawa ketika kita sudah dipanggil menghadap Allah SWT Sang Pencipta jagat raya ini? Jawabannya adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

عن أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو له 

Artinya:

Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SWA telah bersabada : “ Jika meninggal anak Adam (manusia) putus semua amalnya, kecuali tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang sholeh yang selalu mendoakannya”. (Hr. Muslim)

Dari hadits di atas jelas bahwa hanya tiga hal yang dapat membantu kita nanti setelah kita meninggal dunia, yaitu:
1.      Sedekah jariah
2.      Ilmu yang yang bermanfaat
3.      Anak yang sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.

Sedekah Jariah:

Banyak hal yang dapat dikategorikan kepada sedekah yaitu:
1.      Memberi air minum, dengan panggalian sumur- sumur sumber air bersih.
2.      Memberi makan kepada orang yang dikenal ataupun tidak dikenal.
3.      Membangun masjid.
“ Barang siapa yang menggali sumur, (kemudian) tidaklah setiap yang memiliki ruh, baik dari kalangan manusia, jin, dan burung yang minum dari sumur tersebut, melainkan Allah (pasti) akan membalasnya kelak di hari kiamat. “ Dan barang siapa  yang membangun masjis karena Allah (semata), sekalipun (hanya) sebesar lubang bertelur burung tekukur, niscaya Allah bangunkan rumah baginya di surga” (terdapat dalam Ash- shahihain)
4.      Berinfak dalam menyebarkan ilmu dengan cara membagi- bagikan mushhaf Al-Quran, buku- buku agama, membangun tempat- tempat singgah untuk para musafir yang membutuhkan pertolongan dan yang setaraf dengannya, seperti anak yatim, para janda dsb.

Ilmu Yang Bemanfaat :

Ilmu yang kita tuntut, kita pelajari dan diajarkan lagi kepada orang lain dengan hati yang tulus, maka ilmu itu disebut ilmu yang bermanfaat. Tidak ada alasan untuk pelit dengan ilmu. Karena kalau kita mempunyai ilmu, diberikan lagi kepada orang lain, ilmu kita bukan berkurang, tetapi semakin bertambah.  

Anak Yang Sholeh:

Anak sholeh tidak terlahir, tetapi terdidik. Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak sebagai penerus bangsa dan juga agama, harus selalu dibekali dengan ilmu yang bisa menjadi dasar dan bekal untuk dia dewasa nanti. Anak- anak harus diberi arahan dengan bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih sayang layaknya sahabat yang saling berdiskusi.

Pendidikan tidak hanya dengan menyekolahkan anak di sekolah bergengsi, namun juga dengan adab dan iman agar menjadi bekal di akhirat, mampu menjadi anak yang berbakti, sholeh dan sholehah, membanggakan orang tua, dan selalu mendoakan orang tuanya yang telah tiada.

Sebagaimana dalam surat Luqman kita ketahui, banyak nasehat- nasehat yang diberikan kepada anak- anaknya antara lain:
1.      Jangan menyekutukan Allah.
2.      Berbakti kepada kedua orang tua.
3.      Berbuat baik kepada orang tua.
4.      Setiap perbuatan akan mendapat balasan
5.      Mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan sabar
6.      Jangan sombong

Banyak orang tua bangga kalau anaknya berprestasi di bidang matematika, IPA, B. Indonesia, B. inggris dan sebagainya. Orang tua sedih kalau anaknya mendapat nilai jelek pada mata- mata pelajaran tersebut, tetapi orang tua lupa menanyakan kepada anaknya sampai di mana mengajinya, atau kebaikan apa yang telah diperbuat anaknya pada hari itu,dan sudahkah anaknya menunaikan sholat karena orang tua berangkat si anak masih tertidur pulas, dan ketika orang tuanya pulang, si anak pun sudah tertidur pulas.

Tidak terlalu susah untuk mendidik anak supaya menjadi anak yang pintar dan cerdas, tetapi tidah mudah mendidik anak agar menjadi anak yang berakhlak mulia. Sudah terlalu banyak orang yang pintar dan cerdas, tapi tidak banyak yang berakhlak mulia.

Semoga Bermanfaat